BerandaBeritaVideo

Sebut 2020 'tahun terburuk dalam sejarah penerbangan', IATA proyeksikan kerugian US$84 miliar

10 June 2020 13:57

GENEVA - Maskapai penerbangan menghadapi potensi kerugian sebesar US$84,3 miliar dengan -20,1% margin laba bersih dan penurunan pendapatan sebesar 50% menjadi US$419 miliar pada tahun 2020 akibat pembatasan perjalanan selama pandemi virus corona (COVID-19), kata Asosiasi Pengangkutan Udara Internasional (IATA).

"Secara finansial, tahun 2020 akan menjadi tahun terburuk dalam sejarah penerbangan. Secara rata-rata, setiap hari industri penerbangan mengalami kerugian sebesar US$230 juta. Total kerugian akan mencapai US$84,3 miliar," kata CEO IATA Alexandre de Juniac dalam keterangan resmi, Selasa (9/6).

"Karena itu, bantuan finansial dari pemerintah sangat penting di saat maskapai terus membakar kas."

Selain itu, IATA juga memperkirakan bahwa semua wilayah akan mengalami kerugian tahun ini, dengan kerugian terbesar sebesar US$29 miliar dialami Asia-Pasifik karena wilayah tersebut merupakan yang pertama terkena dampak krisis COVID-19. Sebaliknya, Eropa diprediksi akan memasuki pemulihan secara bertahap seiring dengan pembatasan perjalanan intra-Eropa yang perlahan-lahan dilonggarkan.

Pada tahun 2021, menurut IATA, permintaan akan tumbuh sehingga kerugian industri penerbangan akan menurun menjadi US$15,8 miliar dengan -2,6% margin laba bersih dan kenaikan pendapatan sebesar 42% menjadi US$598 miliar. Meskipun begitu, de Juniac memperingatkan bahwa industri maskapai penerbangan akan tetap "rapuh secara finansial" di tahun tersebut.

"Tantangan utama di tahun 2020 adalah mengubah kerugian yang menurun di tahun 2021 menjadi laba yang dibutuhkan maskapai untuk membayar utang yang menumpuk dari krisis yang luar biasa ini," papar de Juniac. (MS)

© 2024 - IDN Financials - All Rights Reserved.