JAKARTA - Kementerian Perdagangan memfasilitasi penjajakan bisnis (business matching) sejumlah eksportir makanan olahan dan rempah di Indonesia dengan importir Kanada. Penjajakan dagang ini akan digelar dalam empat gelombang hingga akhir tahun guna menggenjot perdagangan di tengah lesunya ekspor dampak pandemi COVID-19.
Kasan, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan berpendapat, ekspor perdagangan mengalami tantangan seiring penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) penanggulangan COVID-19. "Kebijakan karantina yang diberlakukan banyak negara tujuan ekspor, termasuk negara-negara pemasok bahan baku di dunia, tidak menyurutkan semangat ekspor produk mamin olahan Indonesia," katanya dalam siaran pers pada Jumat (17/7).
Menurut dia, produk makanan dan minuman olahan asal Indonesia masih sangat dibutuhkan pasar. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya yang sungguh-sungguh untuk menjaga agar kinerja ekspor tetap tumbuh.
Adapun penjajakan dagang yang dilakukan itu dibagi dalam beberapa periode, misalnya, pada Juli 2020 fokus pada produk makanan dan minuman olahan. Pada September 2020 akan memasarkan produk alas kaki, fesyen, serta tekstil dan produk tekstil. Pada Oktober 2020 untuk produk alat-alat kesehatan, obat-obatan termasuk herbal, serta produk kimia dan farmasi, dan pada November 2020 untuk produk mebel termasuk furnitur bongkar-pasang (knock-down furniture), dekorasi rumah, dan perabotan serta peralatan rumah tangga.
Kementerian Perdagangan, kata Kasan, telah menyampaikan profil masing-masing pelaku usaha yang turut dalam penjajakan dagang dengan Kanada. Hal ini dilakukan, ujarnya, agar eksportir dan importir dapat menjalin komunikasi sejak awal sebelum hari pelaksanaan kegiatan.
Saat ini, nilai perdagangan Indonesia dan Kanada periode JanuariāMei 2020 mencapai US$ 974,65 juta. Nilai ini menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 1,26 miliar. Sedangkan total perdagangan tahun 2019 sebesar US$ 2,69 miliar. (LK)