BerandaBeritaVideo

Pakar internasional pertanyakan stratetegi vaksinasi COVID-19 Indonesia

15 January 2021 00:02

JAKARTA - Indonesia memulai program vaksinasi virus corona (COVID-19) massal pada hari Rabu (13/1), namun strategi pemerintah dalam memprioritaskan kelompok usia kerja mengundang pertanyaan dari sejumlah pakar internasional. Seperti dikatakan juru bicara Kementerian Kesehatan Nadia Wikeko kepada Al Jazeera, Indonesia memprioritaskan vaksinasi terhadap kelompok usia produktif (18-59 tahun) karena uji klinis tahap ketiga untuk kelompok usia lanjut yang belum tuntas. "Kami masih menunggu BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) untuk melihat apakah vaksin ini aman bagi kelompok usia di atas 60 tahun."

Kim Mulholland, Profesor Vaksinologi di Sekolah Kedokteran Higienis dan Tropis London yang berbasis di Universitas Melbourne, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kelompok usia lanjut di Tiongkok dan Timur Tengah merespons baik terhadap vaksin COVID-19. "Penelitian yang diadakan di negara-negara lain menunjukkan bukti yang kuat bahwa usia merupakan faktor utama tingkat keparahan infeksi COVID-19. Bahkan untuk negara dengan populasi muda seperti Indonesia, kebanyakan pasien COVID-19 yang meninggal berusia di atas 60 tahun," imbuhnya. Data Kementerian Kesehatan Indonesia mengonfirmasi pengamatan Mulholland, dan menunjukkan bahwa kelompok usia di atas 60 tahun mewakili hanya 10% dari seluruh populasi Indonesia, namun berkontribusi terhadap 39% kematian terkait COVID-19.

Kepada BBC, Profesor Dale Fisher dari Rumah Sakit Universitas Nasional Australia mengatakan bahwa Indonesia menggunakan "pendekatan pragmatis". "Indonesia memprioritaskan vaksinasi terhadap kelompok yang ada datanya. Kelompok tersebut mudah diakses dan akan mendukung jalannya dunia usaha," imbuhnya.

Jenis vaksin yang dipilih oleh pemerintah Indonesia juga dipertanyakan, karena pada bulan Agustus pemerintah membeli 125 juta dosis vaksin COVID-19 produksi Sinovac dengan tambahan 100 juta dosis, dan pada bulan Desember pemerintah mengumumkan pesanan ratusan juta dosis dari AstraZeneca, Novavax, dan Pfizer sambil merencanakan produksi vaksin mandiri melalui Bio Farma pada pertengahan tahun 2021. Dr Dicky Budiman, epidemiolog yang ikut berperan dalam merancang respons Indonesia terhadap wabah SARS, HIV, flu burung, dan flu babi mengatakan bahwa vaksin Sinovac "akan menjadi pilihan terakhirnya". "Vaksin Sinovac tidak memiliki fleksibilitas, sehingga jenis tersebut akan menjadi pilihan terakhir saya, karena mutasi yang kecil dapat berdampak signifikan terhadap strategi efektivitas vaksin dan sejauh ini sudah ada lebih dari 40.000 mutasi COVID-19 yang ditemukan," katanya kepada Al Jazeera. (AC/MS)

© 2024 - IDN Financials - All Rights Reserved.