JAKARTA - Pertumbuhan kredit diperkirakan berada pada kisaran 4%-6% hingga akhir tahun ini. Namun, Bank Indonesia (BI) tetap mewaspadai dampak perkembangan moneter di Amerika Serikat (AS), khususnya rencana kebijakan tapering The Fed, Bank Sentral AS.
Muhamad Nur, Kepala Grup Departemen Komunikasi BI menyampaikan bahwa optimisme pertumbuhan kredit dipengaruhi kondisi moneter dan ekonomi, termasuk terjaganya risiko penyaluran kredit. "Intermediasi perbankan tercatat mulai tumbuh membaik dengan membaiknya kinerja korporasi dan rumah tangga. Selama semester I 2021, kredit tumbuh perlahan hingga mencapai angka positif 0,59% year on year di akhir semester," katanya dalam rilis dikutip Selasa (5/10).
Selain pertumbuhan kredit, BI juga memperkirakan terjadi peningkatan pada Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan pada kisaran 6%-8% hinga akhir tahun ini. Namun, perkiraan itu tetap diwaspadai dengan mencermati perkembangan pandemi COVID-19 terhadap kondisi perekonomian.
"Bank Indonesia akan tetap melakukan inovasi di aspek digital, inklusi ekonomi dan keuangan serta ekonomi hijau. Sinergi bauran kebijakan BI dan otoritas jasa keuangan lainnya akan terus diperkuat guna menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan serta percepatan pemulihan ekonomi," katanya. (LK)