JAKARTA. Ketidakstabilan kondisi geopolitik pasca pandemi akan memberikan peluang pasar ekspor yang terbuka lebar sehingga kondisi tersebut diperkirakan akan meningkatkan pertumbuhan industri makanan dan minuman sebesar 5% tahun ini, demikian kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Adhi Lukman.

“Saya optimis perkiraan pertumbuhannya [industri mamin] bisa tumbuh di atas 5%,” kata Adhi seperti dikutip Bisnis pekan lalu. Rasa optimistis itu didasarkan kepada lebih prospektifnya industri mamin dibandingkan industri lain di tengah pemulihan ekonomi pasca pandemi serta permasalahan pasar ekspor akibat ketidakstabilan kondisi geopolitik.

Lebih lanjut dia menjelaskan ekspansi ke pasar ekspor cukup terbuka ke negara-negara yang saat ini kehilangan pemasok, seperti Singapura yang kehilangan pemasok ayam dari Malaysia sehingga memutuskan untuk mengimpor olahan ayam dari Indonesia. “Banyak negara-negara yang sebelumnya mereka bisa memasok ke pasar global, kemudian ada gangguan. Sehingga ada beberapa negara yang mencari pengganti dari Indonesia,” kata Adhi.

Selain itu, ekspor produk Mamin juga berpotensi meningkat ke pasar di Timur Tengah dan Afrika di tengah upaya pelaku usaha yang terus memperluas pasar selain mengandalkan pasar tradisional seperti Amerika Serikat, Jepang dan juga China. Pada 2022, pertumbuhan ekspor industri mamin Januari - November mencapai 20% untuk pangan olahan.  (AM)