JAKARTA. LinkAja, layanan dompet digital yang dimiliki oleh sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), menargetkan menargetkan pertumbuhan pendapatan lebih dari 80% pada 2023.

Untuk mendukung target tersebut, LinkAja menyiapkan inisiatif strategis seperti B2B2C (Business to Business to Consumer) Approach. Dengan strategi ini, LinkAja akan menggandeng beberapa perusahaan di bawah Kementerian BUMN untuk menjadi penyedia layanan disbursement insentif.

Reza Ari Wibowo, Direktur Keuangan dan Strategi LinkAja, menyampaikan saat ini industri teknologi dunia sedang mengalami paradigm shifting. “Dari yang tadinya growth-at-all-cost menjadi path to profitability dan sustainability,” kata Wibowo, dalam keterangan resmi.

Wibowo menambahkan, LinkAja telah memfokuskan diri melalui bisnis model 2 sisi yaitu B2B2C. Pada segmen B2C, LinkAja mengutamakan low-cost user acquisition & retention. Sementara pada segmen B2B, LinkAja berpusat pada end-to-end value chain dari sisi tradisional maupun digital.

Sepanjang 2022, LinkAja juga telah melakukan efisiensi beban operasional hingga lebih dari 50%. Upaya efisiensi ini, kata Wibowo, sejalan dengan fokus perusahaan dalam memperkuat fundamental bisnis yang berkelanjutan.

“Fokus pada profitabilitas ini juga membuat kami terkadang harus berani menutup layanan atau use-case yang memiliki komponen biaya lebih tinggi dibandingkan pendapatan, dengan tetap menjaga kualitas layanan kami ke pengguna,” ungkap Wibowo. (KR)