BerandaBeritaVideo

Polemik Kartu Prakerja, CEO Ruangguru Belva Devara undurkan diri sebagai Stafsus Presiden

21 April 2020 20:02

JAKARTA - CEO dan pendiri perusahaan rintisan (startup) teknologi pendidikan (educational technology/edtech) Ruangguru Adamas Belva Syah Devara telah mengumumkan pengunduran dirinya dari jajaran Staf Khusus (Stafsus) Kepresidenan.

Di akun Instagram-nya, Belva menulis bahwa ia telah menyampaikan pengunduran dirinya kepada Presiden Joko “Jokowi” Widodo melalui surat pada tanggal 15 April 2020 dan secara langsung pada tanggal 17 April.

Pengunduran diri Belva terjadi di tengah polemik yang muncul dari keterlibatan Ruangguru dalam program Kartu Prakerja dari pemerintah. Ada kekhawatiran terkait dengan kemungkinan konflik kepentingan karena Belva tidak meninggalkan jabatannya di Ruangguru ketika ditunjuk menjadi Stafsus Kepresidenan.

“Saya mengambil keputusan yang berat ini karena saya tidak ingin polemik mengenai asumsi/persepsi publik yang bervariasi tentang posisi saya sebagai Stafsus Presiden menjadi berkepanjangan, yang dapat mengakibatkan terpecahnya konsentrasi Bapak Presiden dan seluruh jajaran pemerintahan dalam menghadapi masalah pandemi COVID-19,” tulis Belva di akun Instagram-nya, Selasa (21/4).

Selain itu, lulusan Universitas Harvard dan Universitas Stanford tersebut juga menegaskan bahwa untuk sementara ini dirinya tidak akan merespon pertanyaan dari media.

Dari 13 anggota Stafsus Kepresidenan, tujuh di antaranya merupakan anak muda yang kebanyakan terdiri atas pendiri startup dan lulusan luar negeri. Belva merupakan anggota Stafsus pertama yang mengundurkan diri menyusul sederet kontroversi yang membayangi jajaran pembantu Jokowi tersebut.

Selain Belva, anggota Stafsus Kepresidenan lain Andi Taufan Garuda Putra, yang sekaligus menjabat sebagai CEO startup peer-to-peer (P2P) lending Amartha, juga mengundang kritik tajam karena mengirim surat dengan kop Sekretariat Kabinet kepada sejumlah camat di berbagai daerah agar para camat tersebut menggunakan jasa perusahaannya dalam penanganan COVID-19.

Meskipun Andi akhirnya mengeluarkan permintaan maaf setelah surat tersebut bocor di media sosial, ia dilaporkan ke kepolisian atas tuduhan penyalahgunaan wewenang oleh pengacara M. Sholeh dan Tomi Singgih. Namun, polisi menolak memproses laporan tersebut.

Anggota Stafsus Kepresidenan lainnya yang sering menimbulkan kontroversi di antaranya Billy Mambrasar, lulusan Universitas Nasional Australia (ANU) dan Universitas Oxford yang berasal dari Papua. Selain karena sering terlibat dalam perdebatan di jejaring sosial Twitter, Billy juga dikritik keras karena sempat menulis di akun LinkedIn-nya bahwa jabatannya sebagai Stafsus setara dengan menteri.

Tak hanya itu, salah seorang anggota Stafsus Kepresidenan lainnya juga dikabarkan memilih untuk tinggal di Singapura selama pandemi COVID-19 yang semakin memburuk di Indonesia. (MS)

© 2024 - IDN Financials - All Rights Reserved.