JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) membukukan kerugian sebesar US$86 juta pada semester I (1H) 2020, 207% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dileep Srivastava, Director & Corporate Secretary BUMI, mengatakan penurunan laba bersih tersebut disebabkan oleh permintaan batu bara yang tidak stabil. Baik permintaan dari China sampai India. “Hal ini dipicu oleh pandemi covid-19 sebagai faktor penyebab utama,” kata Srivastava lewat keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia.
Srivastava menambahkan, realisasi harga penjualan batu bara di 1H 2020 juga turun 12% hingga ke level US$46,9 per ton. Sementara di periode yang sama tahun lalu, realisasi harga penjualan batu bara masih berada di level US$53,2 per ton.
Untuk mengatasi fluktuasi permintaan dan harga jual batu bara, manajemen BUMI berusaha memperkuat lini bisnis hilir batu bara.
Dari sisi hulu, volume batu bara yang berhasil ditambang oleh BUMI selama 1H 2020 adalah sebanyak 41 metrik ton (MT). PT Kaltim Prima Coal masih menjadi kontributor produksi batu bara terbesar, dengan total volume produksi 29,4 MT. Sementara volume produksi PT Arutmin Indonesia hanya 11,6 MT. (KR)