JAKARTA - Neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus US$ 3,87 miliar hingga Januari 2023. Capaian itu terbesar dalam 33 bulan surplus tiada henti sejak Mei 2020.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip pada Jumat (17/2), ekspor nonmigas tercatat US$ 22,31 miliar dan impor US$ 18,44 miliar. Surplus perdagangan dari komoditas nonmigas. Khususnya, bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan (nabati), serta besi-baja. Sebaliknya, komoditas migas menyumbang defisit neraca perdagangan.

Negara penyumbang surplus perdagangan antara lain, Amerika Serika (AS)  US$ 1,17 miliar. Nilai ekspor ke Negara Paman Sam itu US$ 1,94 miliar dan impor US$ 772,4 juta. Diikuti surplus perdagangan dengan Filipina US$ 909,2 juta, yang mana ekspor US$ 1,03 miliar dan impor US$ 125,8 juta. Dan, surplus perdagangan dengan India US$ 810,5 juta. Ini berasal dari ekspor US$ 1,35 miliar dan impor US$ 543,4 juta.

Di sisi lain, negara penyumbang defisit yakni, Thailand minus US$ 398,8 juta. Ekspor ke negara Gajah Putih itu US$ 496,2 juta dan impor US$ 895 juta. Defisit perdagangan dengan Australia US$ 353,1 juta, di mana ekspor US$ 238,1 juta dan impor US$ 591,2 juta. Sedangkan perdagangan dengan Argentina minus US$ 247,1 juta. Disebabkan nilai ekspor US$ 15,1 juta dan impor US$ 262,2 juta. (LK)