JAKARTA. Industri asuransi memilih memarkir dana investasi di surat berharga negara (SBN) seiring ekspektasi penurunan suku bunga global dalam beberapa bulan ke depan.

Wianto Chen, Presiden Direktur & CEO PT MSIG Life Insurance Indonesia Tbk (LIFE) menuturkan arah suku bunga acuan dari bank sentral yang diperkirakan akan turun. Hal ini dinilai membuat investasi di surat berharga negara (SBN) hingga obligasi menjadi lebih menarik."Ekspektasi penurunan tingkat suku bunga secara global akan menguntungkan aset obligasi," kata Wianto, Jumat (29/2/2024).

Peningkatan investasi perusahaan asuransi di surat utang juga didorong tren peningkatan penjualan produk tradisional seperti asuransi jiwa berjangka, asuransi jiwa seumur hidup (whole life) dan asuransi jiwa dwi guna (endowmen). Menurutnya, produk tradisional membutuhkan aset yang mendasari (underlying asset) yang solid. "Peningkatan penjualan produk tradisional memerlukan back-up asset dengan kualitas baik yaitu berupa obligasi negara," katanya.

Secara total industri asuransi jiwa mencatat total aset investasi yang ditempatkan di surat berharga negara (SBN) mencapai Rp182,23 triliun. Jumlah ini setara dengan 33,67% dari aset industri asuransi yang tergabung dalam Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI). Penempatan investasi perusahaan asuransi jiwa terbesar kedua adalah saham yakni sebesar Rp150,36 triliun. Jumlah ini menyusut dari penempatan 2022 yang mencapai Rp158,39 triliun.

Ketiga adalah reksa dana sebesar Rp78,2 triliun. Jumlah ini merosot tajam dalam 3 tahun terakhir, dengan rincian pada 2021 investasi pada reksa dana mencapai Rp165,37 triliun, turun menjadi Rp105.35 triliun pada 2022. Dan kembali turun pada tahun ini.

Kemudian secara berurutan, asuransi jiwa menempatkan investasi pada sukuk korporasi (Rp44,08 triliun), deposito (Rp40,05 triliun), penyertaan langsung (Rp24,98 triliun), bangunan dan tanah (15,71 triliun), dan lainnya (Rp4,56 triliun).

Dalam kesempatan terpisah, Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia Budi Herawan menuturkan SBN juga menjadi pilihan utama anggota asosiasi karena imbal hasil deposito relatif di bawah target. "Hasil investasi [asuransi umum] terjadi pertumbuhan disebabkan [peningkatan investasi] di obligasi jangka pendek," katanya.

Data AAUI menunjukkan perusahaan asuransi umum memiliki dana investasi pada 2023 sebesar Rp113,94 triliun. Dari aset investasi itu, sebanyak Rp35,77 triliun atau 31,4% ditempatkan di SBN. Jumlah penempatan ini naik dari periode 2022 di mana belanja SBN sebesar Rp27,64 triliun dari aset Rp92,88 triliun atau baru 29,8%.

Selanjutnya, penempatan dana terbesar kedua perusahaan asuransi umum adalah deposito yang mencapai Rp25,94 triliun atau 22,8% dari total investasi, menyusul investasi reksa dana sebesar Rp22,47 triliun, yang naik dari periode 2022 sebesar Rp16,21 triliun. "Deposito porsinya menurun karena bunganya di bawah harapan," kata Budi. (PP)