JAKARTA - Kini hanya menggeluti bisnis institutional banking, Citibank N.A. Indonesia, atau lebih dikenal dengan Citi Indonesia, masih mampu menorehkan lonjakan 82% year-on-year (yoy) pada pos laba bersihnya, mencapai Rp2,5 triliun di akhir tahun 2023.

Berdasarkan Laporan Keuangan 2023 Citi Indonesia, kredit Citi Indonesia terlihat menurun 9,7% yoy menjadi Rp35,4 triliun dari Rp39,2 triliun kredit yang didistribusikan tahun 2022. Dana Pihak Ketiga (DPK) juga merosot cukup jauh, turun 26,1% yoy menjadi Rp54,76 triliun pada tahun 2023.

Namun, seperti yang diketahui, Citi Indonesia baru mendivestasikan unit consumer banking-nya kepada Bank UOB pada 18 November 2023. "Transaksi penjualan consumer banking kami ke UOB mengakibatkan adanya transfer assets dan liabilities. Untuk kredit, yang kami transfer sebesar Rp7,6 T, sementara DPK Rp11,6 T," Sujanto Su, Head of Finance Citi Indonesia.

"Sebetulnya loan growth kami di institutional banking naik 15%, demikian pula dengan DPK," klaim Batara Sianturi, CEO Citi Indonesia. Berdasarkan siaran resmi hari ini (2/4), pertumbuhan kredit institutional banking didukung pertumbuhan sektor perantara keuangan.

Pendapatan bunga bersih Citi Indonesia memang tumbuh subur 32,3% yoy di akhir tahun 2023, dari Rp3,6 triliun menjadi Rp4,75 triliun.

Tahun ini akan menjadi tahun pertama Citi Indonesia beroperasi dengan fokus hanya pada layanan institutional banking-nya. "Jadi, proyeksi kredit kami akan di single digit, positive growth, untuk tahun 2024," tambah Sianturi.

Kemudian, Sianturi juga menyebutkan bahwa pertumbuhan kredit akan didorong oleh perusahaan-perusahaan besar dalam negeri, institusi keuangan, serta perusahaan multinasional dan sektor pemerintah (BUMN).

Terkait dengan tren ekonomi secara menyeluruh, Helmi Arman, Chief Economist Citi Indonesia, lebih jauh menyebutkan bahwa sektor-sektor ekonomi yang akan naik daun di tahun ini meliputi manufaktur logam dasar, pertambangan, serta properti.

Dari segi Rasio Kewajiban Penyediaan Modal (KPMM), posisi Citi Indonesia tampak cukup solid di angka 37,85%, didukung oleh likuiditas yang lancar, yang terlihat dari Rasio Liquidity Coverage (LCR) dan Rasio Net Stable Funding (NSFR) Citi Indonesia yang stabil di 267% dan 126%. (ZH)