JAKARTA - Jagad sektor keuangan Amerika Serikat (AS) geger menyusul bankrutnya Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank, New York. Pada pekan lalu (10 dan 12/3), otoritas keuangan di negeri Paman Sam itu menyatakan dua perbankan itu gagal memenuhi rasio likuiditasnya.

Peristiwa penutupan SVB dan Signature Bank kemarin mengingatkan publik akan Lehman Brothers yang tutup di tengah situasi krisis global pada 2008. Lehman Brothers, mengakhiri kiprahnya sebagai institusi keuangan tertua di AS dengan usia 100 tahun.

SVB merupakan bank ke dua yang ditutup otoritas keuangan AS dalam 15 tahun terakhir sejak 2008. SVB dinyatakan tutup 48 jam setelah bank itu menyampaikan kebutuhan dana US$ 2,25 triliun pada Rabu (8/3) guna menopang neraca keuangannya.

Bank yang dikenal sebagai penopang pembiayaan usaha rintisan (start up) di Silicon Valley itu kini di bawah pengawasan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) guna meminimalisir dampak rentetannya peristiwa itu pada sektor lainnya di AS. Berselang dua hari sejak SVB dinyatakan tutup, otoritas AS mengumumkan hal serupa terhadap Signature Bank, New York.

Departemen Keuangan AS dan The Fed, Bank Sentral AS mengumumkan membuat program darurat guna mengamankan deposito di kedua bank itu menggunakan otoritas pinjaman darurat Fed.

Signature Bank, bank komerisil di industri aset kripto ini, diketahui beroperasi pada 2001. Pasca melewati krisis global 2008, bank ini memberikan layanan yang efisien dengan birokrasi yang tidak berkepanjangan. Bank ini merambah sektor real estate, lini bisnis lainnya selain kripto aset. Pada Jumat (10/3), saham Signature Bank diketahui jatuh 23%, terendah sejak go public pada 2004 dan dua hari kemudian banyak ini dinyatakan tutup. (LK)