JPMorgan & Citigroup ramal profit dari S&P 500 akan semakin tipis

JAKARTA – Sejumlah bank Wall Street memangkas proyeksi keuntungan di pasar saham hingga akhir tahun ini lebih rendah dari ekspektasi awal.
Setidaknya ada 10 bank, termasuk JPMorgan dan Bank of America, yang telah memangkas estimasi keuntungan yang bakal dihasilkan dari indeks acuan S&P 500. Terutama sejak penerapan tarif dasar 10% terhadap barang-barang yang diimpor ke Amerika Serikat (AS), serta tarif resiprokal yang lebih tinggi kepada puluhan mitra dagang AS.
Analis Citigroup, Scott Chronert, mengatakan regulasi perdagangan AS yang masih tidak pasti, berpotensi memperlambat perekonomian. Bahkan di titik terburuknya, hal ini diyakini mampu membawa ekonomi AS menuju resesi.
“Sentimen goldilocks yang mewarnai awal tahun ini telah bergeser menjadi ketidakpastian total,” ungkap Chronert, dikutip Financial Times, akhir pekan ini.
S&P 500 telah anjlok lebih dari 7% sejak Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif resiprokal pada 2 April 2025, serta 14% sejak mencapai level tertingginya pada 19 Februari 2025.
Dengan estimasi baru sejumlah bank AS, indeks acuan S&P 500 diperkirakan hanya tumbuh 2% pada 2025. Pertumbuhan ini jauh lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya, di mana indeks acuan utama ini tumbuh di atas 20% pada 2023 dan 2024.
Sementara itu ada juga kubu lain di Wall Street seperti BCA Research, yang beranggapan bahwa S&P 500 berpotensi anjlok hingga 15% dari posisi saat ini, pada akhir 2025.
“Ada banyak kelompok pemikiran di Wall Street,” kata Chief Global Strategist and Director BCA Research, Peter Berezin. (KR)