JAKARTA – Elon Musk, CEO Tesla, mengumumkan akan mengurangi perannya dalam pemerintahan Amerika Serikat (AS) sebagai penasihat di Department of Government Efficiency (DOGE), mulai Mei 2025, setelah dituding mengabaikan Tesla.

Musk menyatakan sebagian besar pekerjaan untuk merapikan “rumah keuangan” pemerintah sudah rampung, sehingga alokasi waktunya di DOGE akan dikurangi menjadi hanya satu hingga dua hari per minggu. Meski demikian, ia masih akan melanjutkan pekerjaannya selama diminta Presiden Trump.

Di sisi lain, keterlibatan Musk dalam politik AS telah memicu gelombang boikot global terhadap Tesla, yang mempengaruhi minat beli. Seperti dikutip dari BBC, Angka penjualan mobil Tesla tercatat ambruk 20% year-on-year (yoy) di kuartal pertama 2025.

Pendapatan perusahaan lantas turun 9% menjadi US$19,3 miliar, jauh di bawah ekspektasi Wall Street sebesar US$21,45 miliar, sedangkan laba bersih Tesla anjlok hingga 71% menjadi US$409 juta,

Namun, Musk membantah penurunan ini berkaitan dengan citra merek. Ia menyebut ketidakpastian ekonomi global sebagai penyebab utama. "Tesla tidak kebal terhadap tren makro permintaan kendaraan," ujarnya.

Perlu diketahui, Tesla juga terbebani dengan lonjakan tarif impor Trump terhadap China, karena berbagai komponen mobil diproduksi di Negara Tirai Bambu tersebut.

Terlepas dari itu, Musk tetap optimis mengenai masa depan Tesla. Ia memaparkan rencana ambisius untuk meluncurkan mobil otonom dan layanan Robotaxi mulai pertengahan tahun ini.

"Saya yakin, mobil yang bisa membuat Anda tidur dan bangun di tujuan akan hadir di banyak kota di AS sebelum akhir tahun," katanya.

Di sisi lain, para analis pun sepakat bahwa keterlibatan Musk di DOGE justru memperburuk citra Tesla dan menurunkan kepercayaan publik.

Menurut Wedbush Securities, pilihan Musk untuk tetap terlibat di pemerintahan bisa memperbesar kerusakan merek Tesla. Sebaliknya, jika ia kembali fokus sebagai CEO penuh waktu, masa depan Tesla diyakini masih bisa diselamatkan. (EF/ZH)