Founder DiaSys Dr. Gorka dorong swasembada alkes untuk lawan tarif AS

JAKARTA – PT Prodia Diagnostic Line, atau Proline, meresmikan gedung fasilitas produksi terbarunya di Kawasan Jababeka, Cikarang, Jumat (25/4). Fasilitas ini diproyeksi akan meningkatkan produksi berbagai reagen dan instrumen tes hingga 3-4 kali lipat.
Turut hadir dalam peresmian pabrik baru Proline, Dr. Günther Gorka, Founder DiaSys GmbH, mengapresiasi inisiatif perusahaan untuk meningkatkan kemandirian dan ketahanan persediaan produk in vitro diagnostic (IVD) dalam negeri.
Menurut Dr. Gorka, ketahanan suplai produk kesehatan sangat berguna di tengah ketegangan geopolitik yang sedang terjadi pascapengumuman lonjakan tarif impor oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, awal April lalu (2/4).
Namun, ia menyerukan bahwa dunia harus membela diri dari kebijakan Trump tersebut. “Kita harus ingat bahwa Amerika Serikat (AS) hanya mewakili sekitar 4% dari populasi dunia. Masih ada 96% lainnya. Kita harus melawan kebijakan itu,” tegasnya dalam pidato pembukaannya.
Menurutnya, jika seluruh dunia bahu-membahu bekerja sama tanpa mengikutsertakan produk dari AS atau mengikuti cara berbisnis AS, terutama dalam sektor medis, hal ini akan sangat membantu kondisi global.
“Inilah yang sedang kami coba lakukan, dan kami sedang lakukan bersama Proline,” ujarnya.
Perlu diketahui, DiaSys Diagnostic Systems GmbH adalah perusahaan manufaktur sistem diagnostik asal Jerman, yang telah menjadi mitra global resmi Proline di Indonesia untuk pembuatan produk reagen.
Masih terkait kebijakan tarif Trump, Dr. Gorka berharap bahwa produk kesehatan tidak akan dibebankan tarif yang terlalu tinggi.
Pasalnya, menurut Dr. Gorka, Trump telah mengungkapkan bahwa pemerintahannya tengah menyiapkan suatu perubahan untuk produk obat-obatan dan diagnosis. Namun, gerak-gerik kebijakan Trump “tidak bisa diprediksi,” katanya.
“Kami bisa memprediksi akan ada sesuatu yang berubah, namun apa, bagaimana, dan seberapa lama, apa bentuknya, kami tidak tahu sama sekali,” pungkasnya. (ZH)