DOHA - Presiden AS Donald Trump mengklaim kesepakatan nuklir baru dengan Iran sangat dekat untuk tercapai.

Dalam pernyataannya saat kunjungan ke Doha, Qatar, Trump mengatakan Iran secara samar telah menyetujui syarat-syarat kesepakatan tersebut.

“Kami sangat dekat untuk mencapai kesepakatan damai jangka panjang dengan Iran,” ujar Trump dalam forum bisnis di Doha, seperti dikutip dari CNN, Jumat (16/5).

Ia menambahkan ada dua jalur penyelesaian, damai atau kekerasan, dan dirinya lebih memilih jalur damai.

Meski demikian, otoritas Iran belum mengonfirmasi pernyataan Trump secara resmi.

Namun, media semi-resmi Iran ISNA melaporkan pernyataan Trump, dan Presiden Iran Masoud Pezeshkian menanggapi dengan keras, menyebut Trump naif jika berpikir Iran akan tunduk pada tekanan asing.

“Kami tidak akan pernah menegosiasikan harga diri kami,” tegas Pezeshkian, dikutip dari media lokal Iran.

Negosiasi terbaru antara kedua negara berlangsung di Muscat, Oman, namun masih terdapat sejumlah perbedaan tajam terkait isu pengayaan uranium.

Iran bersikukuh mempertahankan haknya untuk memperkaya uranium, sesuatu yang diklaim sebagai "garis merah" oleh kedua belah pihak.

Sementara itu, penasihat Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Shamkhani, dalam wawancara dengan NBC News menyatakan Iran bersedia menandatangani kesepakatan asalkan sanksi ekonomi terhadap negaranya dicabut.

Ia juga mengatakan Iran siap menghapus stok uranium tingkat tinggi dan membatasi pengayaan hanya untuk kebutuhan sipil di bawah pengawasan internasional.

Di sisi lain, utusan luar negeri AS, Steve Witkoff, menyebut program pengayaan uranium Iran sebagai "garis merah" yang tak bisa dinegosiasikan.

Namun, dalam wawancara terpisah, Witkoff pernah menyebutkan pengayaan uranium tingkat rendah masih bisa dipertimbangkan.

Harga minyak global ikut terdampak perkembangan ini. Harga Brent turun lebih dari 3% ke angka US$64 per barel, sedangkan West Texas Intermediate anjlok 3,5% menjadi sekitar US$61 per barel.

Penurunan ini mencerminkan ekspektasi pasar, kesepakatan dapat tercapai dan sanksi terhadap Iran akan dilonggarkan, membuka jalan bagi peningkatan ekspor minyak Iran.

Namun, sumber dari pihak Iran mengatakan Amerika belum menawarkan proposal yang benar-benar baru, dan pembicaraan masih menghadapi jalan buntu.

Salah satu titik krusial adalah permintaan Iran agar pencabutan sanksi dilakukan secara bertahap, sesuatu yang belum disepakati oleh pihak AS.

Saat situasi memanas, negara-negara Teluk seperti Qatar khawatir akan dampak lingkungan dan geopolitik jika konflik berubah menjadi serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran.

Trump berusaha meredakan kekhawatiran tersebut dengan menjanjikan perlindungan bagi Qatar, yang disebutnya sebagai tempat yang sangat spesial.

Namun, nafsu Amerika menyerang Iran tampaknya tidak akan begitu besar lagi mengingat saat ini defisit sudah mencapai US$30 triliun, dan terpaksa harus melakukan penghematan besar-besaran dan harus menaikkan tarif.

Hal itu juga tampak dari serangan terhadap Houthi yang akhirnya dihentikan Amerika karena ternyata hanya dalam waktu 1 bulan telah menghabiskan dana US$1 miliar. (EF)