TOKYO – Tingkat dukungan publik terhadap Kabinet Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba merosot ke rekor terendah 27,4%, menurut jajak pendapat Kyodo News yang dirilis 18 Mei 2025.

Seperti dikutip English.KyodoNews.net, angka ini menempatkan pemerintahan Ishiba di bawah “zona bahaya” 30% yang kerap memicu pergantian perdana menteri.

Penurunan 5,2 poin persentase itu terutama dipicu lonjakan harga beras dan kekecewaan karena Ishiba tegas menolak pemotongan pajak konsumsi.

Survei lain oleh Yomiuri dan Mainichi menunjukkan dukungan hanya 22–31%, terendah sejak Ishiba menjabat Oktober lalu.

Meski begitu, analis menilai kecil kemungkinan Ishiba digulingkan sebelum pemilu Majelis Tinggi Juli, karena faksi‐faksi saingan di Partai Demokrat Liberal (LDP) belum kompak.

“Semakin dekat ke pemilu, semakin mustahil LDP mengganti kapten di tengah laga,” tulis Tobias Harris dari Japan Foresight, dilansir Bloomberg, Senin (19/5).

Tekanan agar memangkas pajak semakin keras, 73,2% responden Kyodo ingin tarif dipotong, setidaknya untuk bahan pangan, guna meredam krisis biaya hidup.

Namun 72,9% khawatir layanan jaminan sosial bakal tergerus bila pajak dikurangi.

Di parlemen Senin lalu, Ishiba kembali menolak usulan itu dengan perbandingan mencolok. “Situasi fiskal Jepang lebih buruk daripada Yunani.”

Ia menilai menambal kekurangan penerimaan dengan obligasi negara berbahaya ketika biaya pinjaman naik setelah Bank of Japan mengakhiri suku bunga negatif tahun lalu.

Menurut IMF, rasio utang pemerintah Jepang 234,9% PDB pada 2025, jauh di atas Yunani 142,2%.

Sikap keras Ishiba tak lepas dari kekhawatiran beban bunga. Sekitar seperempat APBN tahun fiskal ini dialokasikan untuk pembayaran utang. Meski sebagian besar surat utang dipegang investor domestik, faktor yang membedakan Tokyo dari krisis Athena 2009, kenaikan imbal hasil tetap menggerus ruang fiskal.

Dalam survei Kyodo, 74,3% warga pesimis perundingan tarif Jepang‑AS akan menghasilkan kesepakatan menguntungkan. Pilihan suara untuk pemilu proporsional Majelis Tinggi tersebar, LDP 20,2%, oposisi utama CDPJ 14,2%, DPP 12,4%, Partai Inovasi 6% dan Reiwa Shinsengumi 5,9%.

Para pengamat memprediksi isu pajak dan harga pangan akan mendominasi kampanye. Jika hasil Juli mengecewakan, tekanan internal untuk mencari pengganti Ishiba bakal meledak, namun untuk saat ini, sang perdana menteri masih bertahan di tengah badai angka survei. (EF)