Bitwise: ETF Bitcoin tumbuh 20 kali lebih cepat dibanding ETF emas

JAKARTA - Firma manajemen dana kripto Bitwise dalam laporan terbarunya bertajuk "Forecasting Institutional Flows to Bitcoin in 2025/2026", memperkirakan arus masuk modal ke Bitcoin akan mencapai US$120 miliar pada akhir 2025 dan melonjak hingga US$300 miliar pada 2026, total akumulatif mencapai US$420 miliar dalam dua tahun.
Pendorong utama pertumbuhan ini adalah institusi keuangan besar, dana kekayaan negara (sovereign wealth funds), perusahaan publik, dan terutama lonjakan minat terhadap produk Exchange Traded Fund (ETF) Bitcoin spot di AS.
Dalam 12 bulan sejak peluncurannya, ETF Bitcoin spot telah menarik US$36,2 miliar dana bersih dan mencatat nilai aset kelolaan (AUM) senilai US$125 miliar, pertumbuhan 20 kali lebih cepat dibanding ETF emas SPDR Gold Shares (GLD).
Juan Leon, Kepala Strategi Investasi Bitwise, bersama peneliti Guillaume Girard dan Will Owens, dilansir dari cointelegraph, Senin (26/5), memproyeksikan beberapa skenario arus dana berdasarkan seberapa agresif institusi mengalokasikan portofolionya ke BTC.
Dalam skenario moderat (base case), negara-negara mengalihkan 5% cadangan emasnya ke Bitcoin, menghasilkan inflow sebesar US$161,7 miliar.
Ditambah adopsi oleh negara bagian AS dan alokasi manajer kekayaan, total dana yang masuk bisa mencapai US$420 miliar, menyerap hampir 20% dari total suplai BTC.
Dukungan lembaga keuangan besar juga mulai terlihat. Meski pada 2024 dana sekitar US$35 miliar dari klien Morgan Stanley dan Goldman Sachs masih tertahan karena kebijakan kepatuhan, Bitwise memperkirakan rekam jejak ETF Bitcoin akan membuka jalan bagi dana tersebut untuk masuk di masa depan.
Jurrien Timmer, Direktur Global Macro Fidelity, turut menegaskan harga Bitcoin yang kini melampaui US$100.000 menandai babak baru.
Ia menyebut Bitcoin mulai mendekati emas dari sisi Sharpe Ratio yang menandakan kemiripan karakter kedua aset sebagai penyimpan nilai.
Sharpe Ratio adalah ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja investasi dibandingkan dengan risikonya. Rasio ini membantu investor memahami seberapa besar imbal hasil (return) yang mereka dapatkan untuk setiap unit risiko yang mereka ambil.
Saat ini, sekitar 1,7 juta BTC telah dimiliki oleh entitas publik seperti negara dan perusahaan besar, termasuk Amerika Serikat (207.189 BTC), China (194.000 BTC), dan Inggris (61.000 BTC).
Perusahaan seperti MicroStrategy dan Tesla juga terus menambah kepemilikannya, sebagai bagian dari diversifikasi aset dan lindung nilai terhadap inflasi.
Dengan lebih dari 94% suplai BTC telah ditambang per Mei 2025 (19.868.987 BTC), kelangkaan semakin menambah daya tarik aset ini di mata investor institusi yang mencari alternatif terhadap fiat dan emas. (EF)