BEIJING – Scott Bessent, Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) mengaku bahwa negosiasi tarif antara AS dan China agak terhambat, sehingga membutuhkan diskusi langsung antara presiden kedua negara tersebut.

Menurut Bessent, AS masih akan meneruskan diskusi mengenai tarif dalam beberapa minggu ke depan. Namun, mengingat bahwa negosiasi ini adalah isu kritis nan kompleks, ia menggarisbawahi pentingnya komunikasi langsung antara Xi Jinping dan Donald Trump.

“Saya rasa, pada titik tertentu, kami akan mengatur percakapan antara presiden [Trump] dan Presiden Xi,” ujar Bessent pada Fox News, seperti dikutip dari Financial Times.

Sebelumnya, AS dan China mengumumkan telah sepakat menurunkan tarif impor terhadap masing-masing negara—dari 145% menjadi 30% untuk China, dan dari 125% menjadi 10% untuk AS—selama 90 hari ke depan pascapertemuan di Swiss pada 12 Mei 2025 lalu.

Selama 90 hari tersebut atau hingga tengah Agustus, AS dan China akan terus berdiskusi untuk mencapai “kesepakatan yang lebih luas.” Namun, komentar Bessent menyiratkan bahwa negosiasi tidak berjalan selancar ekspektasi.

Sejak kesepakatan tersebut, AS justru malah gencar melarang penggunaan chip AI asal China, Huawei, di seluruh dunia, karena kekhawatiran bahwa posisi China dalam teknologi di bidang militer dan intelijen semakin kuat.

Selain itu, kesepakatan tarif antara AS dan Inggris pada 8 Mei juga memicu amarah China, karena peraturan baru tersebut dinilai mampu mengeliminasi China dari rantai pasok Inggris.

Presiden Xi, dalam pertemuannya dengan pimpinan negara Amerika Latin dalam Forum China-CELAC di Beijing, 12 Mei lalu, lantas menyindir AS yang melakukan “perundungan unilateral” terhadap negara-negara di dunia.

Di sisi lain, Bessent masih optimistis bahwa China akan bersedia bekerja sama. “Mereka berdua memiliki hubungan baik, dan saya percaya China akan bersedia bernegosiasi jika Presiden Trump mengungkapkan prioritasnya,” ujar Bessent.

Namun, tarif Trump kini tengah menghadapi tantangan hukum dari pihak dalam negeri, yang menganggap Trump sudah melampaui wewenangnya dalam pemberlakuan tarif impor ke hampir seluruh negara di dunia.

Meski berhasil lolos untuk sementara, proses hukum masih berjalan, dan sidang selanjutnya akan jatuh pada 5 Juni mendatang, menurut BBC. (ZH)