JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diproyeksi akan melanjutkan penguatan, hingga ke level Rp16.100-16.000/US$.

Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, mengatakan saat ini nilai tukar rupiah terhadap dolar AS telah menguat ke kisaran Rp16.200/US$, dari Rp16.600 pada akhir April lalu.

Penguatan tersebut, kata Liza, didukung oleh “redanya tekanan yield US Treasury dan derasnya inflow ke pasar saham dan obligasi domestik.”

Selain itu, ia menilai peluang penguatan rupiah masih akan berlanjut. Terutama jika bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) mengisyaratkan pivot dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada Juni atau Juli mendatang.

Dalam market outlook bulanan yang disampaikan pada Rabu (28/5) kemarin, Liza mengakui bahwa kemungkinan adanya pemangkasan suku bunga The Fed masih di bawah 50%.

Namun nada dovish dari pejabat The Fed dan pelemahan data ekonomi AS, disebut bisa membuat dolar melemah.

Jika nantinya The Fed pun melonggarkan kebijakan moneter, seperti yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) beberapa pekan lalu, akan jadi sinyal positif bagi pasar keuangan sejumlah negara termasuk Indonesia.

“Ini akan mendukung stabilitas pasar keuangan Indonesia dan mendorong investor global kembali ke aset berisiko di emerging markets,” kata Liza.

Seperti diberitakan IDNFinancials.com sebelumnya, rupiah terhadap dolar AS telah menguat 1,84% sejak awal bulan Mei 2025. Ini merupakan penguatan tertinggi dibanding pasangan mata uang lain di kawasan Asia. (KR)