JAKARTA – Chief Executive Officer JPMorgan Chase, Jamie Dimon, memperingatkan soal adanya musuh dari dalam Amerika Serikat yang merupakan ancaman lebih besar daripada Tiongkok.

Amerika Serikat, lanjut dia, sedang menderita akibat masalah salah kelola pemerintahan yang mengkhawatirkan dan berpotensi menghancurkan ekonomi.

"Tiongkok adalah lawan potensial. Mereka melakukan banyak hal dengan baik, tapi mereka juga punya banyak masalah," ujar Jamie dalam Forum Ekonomi Nasional Reagan pada hari Jumat (30/6), seperti dikutip DailyMail.

"Tapi yang benar-benar saya khawatirkan adalah kita sendiri. Bisakah kita membereskan urusan kita sendiri, nilai-nilai kita, kemampuan kita, manajemen kita?" 

Jamie, pemimpin bank investasi terbesar di Amerika, memperingatkan bahwa salah kelola yang terjadi di semua tingkatan pemerintahan bisa menjadi pemicu terbesar kehancuran ekonomi AS.

"Jumlah kesalahan manajemen itu luar biasa, oleh negara bagian, oleh kota, untuk dana pensiun. Dan hal-hal semacam itu bisa membunuh kita."

Jamie memperingatkan adanya 'retakan' di pasar obligasi akibat lonjakan utang Amerika yang akan semakin diperparah oleh RUU Big Beautiful Bill senilai $3 triliun yang sedang menunggu persetujuan Senat.

Retakan di pasar obligasi terjadi ketika investor kehilangan kepercayaan pada kemampuan pemerintah membayar utang.

Pemerintah menjual obligasi, namun imbal hasil (yield) naik, dan akibatnya biaya pinjaman meningkat bagi semua warga Amerika, termasuk pemerintah Amerika sendiri. 

"Kalian akan melihat adanya retakan di pasar obligasi. Saya hanya tidak tahu apakah krisis itu akan terjadi dalam enam bulan atau enam tahun.”

"Saya katakan ini akan terjadi, dan kalian akan panik. Saya tidak akan panik. Kami akan baik-baik saja. Kami bahkan mungkin menghasilkan lebih banyak uang.” 

Obligasi jangka panjang AS diketahui telah tertekan akibat kekhawatiran pasar terhadap fiscal Amerika.

Imbal hasil Treasury 30 tahun naik dari sedikit di atas 4 persen pada awal 2024 menjadi sekitar 5 persen. Lembaga pemeringkat Moody’s bulan ini juga mencabut peringkat kredit triple-A AS. 

Pasar obligasi pemerintah AS telah tumbuh dari sekitar $5 triliun pada tahun 2008 menjadi $29 triliun saat ini karena pemerintah memotong pajak, namun meningkatkan belanja, terutama selama pandemi COVID-19.

Hal ini juga membuat bank sentral AS untuk pertama kalinya merugi sebesar US$192 miliar sejak 1915

Pasar obligasi pemerintah AS merupakan yang terdalam dan paling likuid di dunia dan telah lama mendapat keuntungan dari status dolar sebagai mata uang cadangan dunia.

Namun, seiring meningkatnya beban utang, permintaan obligasi juga menurun. Investor asing secara bertahap telah menarik diri dari pasar obligasi pemerintah AS selama dekade terakhir, dan pergerakan ini makin dipercepat oleh kebijakan tarif Trump.

Bahkan bulan Mei lalu The Fed diketahui diam diam membeli obligasi pemerintah AS karena tidak laku terjual

Jamie mengatakan bahwa meningkatnya ketegangan geopolitik, perang dagang, dan lonjakan utang global, memberikan petunjuk bahwa "lempeng tektonik" ekonomi dunia sedang bergeser.

Dia menyarankan agar pemerintah AS mengubah arah kebijakan pengelolaan utang dan mendesak regulator untuk melonggarkan pembatasan terhadap bank guna meningkatkan kapasitas perdagangan obligasi mereka.

“Saya pikir kita bisa memperbaiki semuanya, termasuk hal itu, hanya dengan mengubah dan menyesuaikan beberapa aturan dan regulasi ini.” (DH/MT)