Dow Jones turun 2,97% setelah Trump kritik Jerome Powell

JAKARTA - Bursa saham Amerika Serikat kembali mengalami tekanan besar pada Senin (21/4) setelah Presiden Donald Trump kritik Ketua Federal Reserve, Jerome Powell.
Seperti dikutip dari CNN, Kamis (17/4) lalu, Trump menyerang Powell melalui unggahan di media sosial. Ia mencemooh sang bos The Fed (The Federal Reserve/Bank Sentral AS) karena dinilai gagal memangkas suku bunga, dan menyebutnya AS tertinggal dari bank sentral di Eropa.
"Jerome Powell dari The Fed, yang selalu terlambat dan salah, kemarin mengeluarkan sebuah laporan yang lagi-lagi, seperti biasa, benar-benar kacau! Tidak sabar ingin Powell segera dipecat," tulis Trump.
Dow Jones Industrial Average, hingga pukul 00.08 WIB, turun 1.161 poin, atau sekitar 2,97%, sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing melemah 2,7% dan 3%.
Saham teknologi besar seperti Tesla dan Nvidia mengalami koreksi signifikan, dengan penurunan masing-masing sebesar 7% dan 5%. Saham Amazon juga turun 4%, diikuti oleh pelemahan di Meta Platforms dan Advanced Micro Devices (AMD) sebesar 3%.
Trump bahkan mengisyaratkan kemungkinan pemecatan Powell, sebuah langkah yang dapat mengancam kredibilitas bank sentral Amerika.
Dampak pernyataan Trump terlihat jelas di pasar. Indeks dolar AS merosot ke level terendah dalam tiga tahun terakhir, sementara harga emas melonjak ke rekor baru, mencapai $3.400 per ons.
Saham-saham berbasis teknologi dan manufaktur tertekan karena investor beralih ke aset aman di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Sebagai informasi, ketegangan antara Gedung Putih dan The Fed memunculkan risiko tambahan bagi perekonomian AS, yang saat ini sudah menghadapi perlambatan akibat kebijakan perdagangan proteksionis.
Sebelumnya para ahli strategi JPMorgan Chase & Co, bank investasi terbesar di Amerika, memperingatkan bahwa risiko resesi, akibat perang tarif, belum terefleksi dengan tepat.
Secara historis, dalam lima resesi terakhir, S&P 500 turun rata-rata 37% dari puncak ke palung, dengan rasio price-to-earning (P/E) ke depan turun menjadi 12x. Sebaliknya, kelipatan valuasi saat ini masih tetap tinggi, menunjukkan bahwa saham memiliki lebih banyak ruang untuk menyesuaikan. (DK)