JAKARTA - Dana investasi yang sumbernya didukung pemerintah China, mulai mundur dari sejumlah perusahaan private equity di Amerika Serikat (AS).

Langkah ini merupakan respons terhadap ketegangan politik antara Washington dan Beijing yang terus meningkat, terutama pada tarif perdagangan terus meningkat lebih dari 120% untuk produk impor ke masing-masing negara.

Sovereign Wealth Fund (SWF) milik pemerintah China kini enggan mengalokasikan modal ke private equity yang berbasis di AS. 

Beberapa di antaranya bahkan meminta untuk keluar dari kesepakatan transaksi, yang melibatkan aset AS, meskipun transaksinya berlangsung melalui perusahaan investasi global di luar AS.

Seperti dikutip Financial Times, SWF terbesar milik pemerintah China seperti China Investment Corporation (CIC), telah mengurangi eksposurnya terhadap private equity AS sejak awal 2023. CIC kini beralih ke pasar Eropa, Timur Tengah, dan Asia, dan membangun kemitraan dengan negara-negara seperti Inggris, Prancis, Arab Saudi, dan Jepang untuk diversifikasi portofolio.

Selama ini, SWF China menjadi salah satu pendukung utama private equity AS seperti BlackStone, TPG, dan Carlyle Group, yang secara global mengelola dana sekitar US$4,7 triliun.

Berdasarkan data Global SWF hingga 2023, CIC dan SAFE (Administrasi Negara untuk Valuta Asing) telah mengalokasikan 25% dari total aset mereka ke investasi alternatif, masing-masing senilai US$1,35 triliun dan US$1 triliun.

Investor China menyebut kebijakan regulator AS sebagai penghalang utama investasi mereka. Mereka merasa diperlakukan tidak adil, dengan alasan keamanan nasional yang tidak berdasar, terutama dalam sektor strategis seperti teknologi dan infrastruktur.

Meskipun jalur investasi tidak langsung melalui ekuitas swasta sempat menjadi opsi, ketegangan politik yang terus meningkat membuat model ini semakin sulit dilakukan. Bahkan, dana pensiun dari Kanada dan Eropa juga mulai meninjau ulang investasi mereka di private equity AS.

Jonathan Gray, Presiden Blackstone, dalam Earnings Call pekan lalu, membenarkan bahwa klien global merasa tidak nyaman dengan kondisi ini. “Banyak investor mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi di sini,” ujar Gray.

Selain menarik investasi, China juga memperketat ekspor mineral langka seperti antimon, germanium, dan galium yang digunakan dalam industri teknologi, pertahanan, dan energi terbarukan.

Sejak Desember 2023, Beijing melarang ekspor material langka itu ke AS, hingga menyebabkan penurunan signifikan dalam pasokan global. Ekspor antimon dan germanium masing-masing turun hingga 57% dan 39% pada kuartal pertama 2024 dibandingkan tahun sebelumnya. (DK/KR)