Donald Trump: Belum ada rencana bicara langsung dengan Xi Jinping

WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan ia belum memiliki rencana untuk berbicara langsung dengan Presiden China Xi Jinping dalam waktu dekat, meski komunikasi tingkat pejabat antara kedua negara terus berlangsung.
Hal ini disampaikan Trump kepada wartawan di dalam pesawat kepresidenan Air Force One, seperti dikutip dari laporan Reuters, Senin (5/5) .
Trump mengungkapkan AS saat ini sedang merundingkan berbagai kesepakatan dagang dengan sejumlah negara, termasuk China.
Ia juga menyebutkan beberapa kesepakatan "sangat mungkin" akan diumumkan pada pekan ini.
Meskipun tidak berbicara langsung dengan Xi, Trump menegaskan dialog antara pejabat dari kedua negara tetap berlangsung, dan ia menginginkan kesepakatan perdagangan yang adil.
Namun demikian, Trump tak menampik bila kesepakatan tidak tercapai dengan beberapa negara, termasuk China, ia siap memberlakukan "tarif tertentu" dalam waktu dekat.
Pernyataan itu menambah tekanan atas perang dagang yang tengah berlangsung, di mana AS baru saja menerapkan tarif sebesar 145% terhadap produk China bulan lalu, yang kemudian dibalas oleh China dengan tarif 125%.
Berbagai pihak mengkhawatirkan ketegangan tersebut semakin mengganggu rantai pasokan global, serta menghambat pertumbuhan ekonomi kedua negara, seperti tercermin dari data ekonomi terbaru yang dirilis.
Meski sebelumnya pihak China sempat membantah klaim AS, bahwa pembicaraan telah berlangsung, Kementerian Perdagangan China pekan lalu justru menyatakan keterbukaan untuk kembali berdialog.
Mereka juga mengonfirmasi pejabat AS telah menghubungi Beijing untuk memulai kembali negosiasi dagang.
Trump juga mulai melunak dalam retorikanya terhadap China. Dalam wawancara dengan NBC akhir pekan lalu, ia menyebut Beijing kini ingin mencapai kesepakatan, diduga akibat tekanan dari tarif yang diberlakukan oleh Washington.
Sebagai bagian dari strategi tarif timbal balik terhadap mitra dagang utama, Trump juga telah mengumumkan perpanjangan 90 hari terhadap seluruh tarif lainnya.
Analis mengaitkan keputusan ini dengan penurunan tajam harga US Treasury atau surat utang AS, menunjukkan kepercayaan pasar terhadap kondisi ekonomi AS kembali turun. (EF/KR)