China minta Amerika perpanjang gencatan senjata perang tarif?

BEIJING - Global Times, media yang didukung pemerintah China, menyatakan bahwa masa gencatan senjata tarif selama 90 hari yang disepakati oleh Amerika Serikat dan China dalam pembicaraan dagang di Swiss pekan lalu dinilai terlalu singkat.
Komentar ini muncul saat para utusan dagang dari kedua negara ekonomi terbesar dunia kembali bertemu di Korea Selatan untuk membahas kelanjutan negosiasi.
Seperti dikutip dari Reuters.com, Jumat (16/5), dalam pertemuan di Jenewa, Amerika Serikat sepakat untuk menurunkan tarif tambahan atas impor dari China menjadi 30% dari sebelumnya 145%, berlaku untuk tiga bulan ke depan.
Sebagai imbalannya, China akan memotong tarif pada barang impor dari AS menjadi 10% dari 125%.
“Jendela kerja sama yang saling menguntungkan seharusnya tidak dibatasi hanya dalam periode 90 hari,” tulis Global Times, yang dikenal sering mencerminkan arah kebijakan Beijing dalam isu perdagangan.
Media itu menambahkan, "Kami berharap AS akan membangun dari hasil pembicaraan ini dan terus bersedia mengambil langkah kompromi bersama China."
Selain pemotongan tarif, Beijing juga setuju untuk menangguhkan atau mencabut langkah-langkah non-tarif terhadap AS yang diberlakukan sejak 2 April.
Salah satunya adalah penangguhan rencana untuk memasukkan sekitar 50 perusahaan AS ke dalam daftar pembatasan dagang dan investasi.
China juga menyatakan kesiapan untuk mencabut tindakan balasan ekspor yang diberlakukan pasca 2 April, yang membuka peluang penghapusan pembatasan ekspor mineral rare earth—meskipun belum ada kejelasan resmi dari Beijing soal ini.
Namun, para analis memperingatkan bahwa China kemungkinan tidak akan segera mengumumkan detail implementasi dari janji-janji tersebut.
“Tidak ada keuntungan bagi China untuk terlalu cepat menjelaskan hambatan non-tarif yang akan mereka hapus. Itu akan mengurangi ruang fleksibilitas yang mereka butuhkan,” kata Dan Wang, Direktur China di Eurasia Group.
“Tarif mungkin akan naik lagi setelah 90 hari, dan China mungkin akan menandatangani beberapa kesepakatan pembelian. Namun hambatan non-tarif akan menjadi isu kunci dalam pembicaraan selanjutnya,” tambahnya.
Saat konferensi pers rutin pada Kamis, Kementerian Perdagangan China belum memberikan penjelasan spesifik mengenai hambatan non-tarif mana yang akan dicabut secara permanen dan mana yang hanya akan ditangguhkan.
Sementara itu, di sela-sela pertemuan Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di Pulau Jeju, Korea Selatan, Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer bertemu dengan Utusan Dagang China Li Chenggang. Namun, kedua pihak belum memberikan rincian isi pertemuan tersebut. (DK)