Kredit Citi Indonesia turun, laba turun 3,1% di kuartal I 2025

JAKARTA – Citibank N.A. Indonesia atau Citi Indonesia mencatatkan laba bersih turun tipis 3,1% year-on-year di kuartal pertama 2025 menjadi Rp645,4 miliar. Padahal, pendapatan Citi Indonesia tumbuh 11% menjadi Rp1 triliun.
Di sisi lain, penyaluran kredit Citi Indonesia juga melambat 11,2% menjadi Rp28 triliun pada triwulan I.
“Memang di kuartal pertama ini, banyak sekali uncertainty—apalagi dengan tarif—membuat klien wait-and-see,” aku Batara Sianturi, CEO Citi Indonesia, dalam Konferensi Pers Kinerja Citi Indonesia Q1 2025 yang digelar hari ini (26/5).
Lebih lanjut, Batara juga mengakui bahwa terdapat tren perlambatan kredit dalam negeri, ditambah BI yang kini memangkas proyeksi pertumbuhan kredit ke 8-11%.
Citi Indonesia pun berpotensi merevisi target pertumbuhan kreditnya yang ditetapkan dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) awal tahun ini.
“Kami akan melihat performance kuartal 1 dan 2, dan baru akan memberikan revisi kepada OJK. Apakah akan selaras dengan perlambatan di banking centre, itu akan tergantung daripada performance kami di kuartal 1 dan 2,” jelas Batara.
Namun, Batara menggarisbawahi kinerja kredit yang tumbuh positif sejak awal tahun, naik 2,1%, yang ditopang oleh sektor manufaktur, agribisnis, pertambangan, dan perdagangan.
Di sisi lain, sektor finansial dan komunikasi mencatatkan perlambatan kredit, dan belum mencatatkan pertumbuhan sepanjang kuartal I 2025.
“Kalau ada clarity dari tariff situation, mungkin akan pick up di kuartal dua, tiga, dan empat,” ujar Batara.
Sementara itu, dari segi pendanaan, Citi Indonesia juga menunjukkan penurunan dana pihak ketiga (DPK). Namun, rasio CASA justru meningkat secara tahunan, dari 72,5% menjadi 74%.
“Kalau DPK naik, tapi komposisinya bergantung pada cost-of-fund yang tinggi, kondisinya tidak terlalu sehat. Jadi, fokus Citi adalah bagaimana menjaga cost-of-fund yang rendah, yaitu CASA,” tambah Batara.
Ia juga memahami bahwa persaingan DPK klien korporasi semakin ketat di tengah upaya berbagai bank lokal untuk menggenjot kinerja segment wholesale/corporate banking miliknya.
Namun, Batara menganggap Citi Indonesia masih memiliki keunggulan dari segi basis klien korporasi multinasionalnya, yang kini menyumbang 80% dari sumber pendanaan atau likuiditas bank.
“Strategi kami adalah memastikan kami mempertahankan basis klien yang tepat—kekuatan kami adalah perusahaan multinational—dan kami menawarkan konektivitas dalam operasionalnya,” jelas Batara. (ZH)