JAKARTA – Presiden Prancis Emmanuel Macron melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia pada Selasa malam, 27 Mei 2025, menandai babak baru dalam penguatan kemitraan strategis antara dua negara yang telah menjalin hubungan erat lebih dari tujuh dekade.

Presiden Prabowo menyambut rekannya dari Paris tersebut dalam pertemuan diplomatik yang sarat nilai geopolitik dan kerja sama jangka panjang.

Pertemuan resmi keduanya digelar Rabu, 28 Mei 2025, di Istana Merdeka, Jakarta, dengan salah satu agenda utama adalah pendalaman kerja sama pertahanan.

Fokus pembicaraan tertuju pada penguatan kolaborasi di sektor alat utama sistem persenjataan (alutsista), terutama pesawat tempur dan kapal selam.

“Kita akan menandatangani Letter of Intent (LoI) bersama mitra Prancis untuk pengembangan alutsista strategis,” ujar Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, yang menyambut Macron di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, dalam keterangan resmi kenegaraan RI, Rabu (28/5).

Kunjungan ini merupakan bagian dari rangkaian tur regional Macron di Asia Tenggara, yang sebelumnya singgah di Vietnam dan akan dilanjutkan ke Singapura.

Indonesia sendiri telah menjadi klien utama industri pertahanan Prancis di Asia Tenggara. Kesepakatan pertahanan besar telah dicapai sejak 2022, termasuk pembelian 42 jet tempur Rafale dari Dassault Aviation dalam kontrak senilai US$8,1 miliar, serta akuisisi dua kapal selam Scorpene buatan Naval Group.

Menurut Kepala Staf TNI AU, Mohamad Tonny Harjono, enam jet Rafale akan tiba di Indonesia pada awal 2026, menurut laporan kantor berita negara Antara, Februari 2025.

Tak hanya alutsista, kunjungan Macron juga menyentuh bidang pendidikan militer.

Ia dijadwalkan meninjau laboratorium bahasa Prancis di Akademi Militer (Akmil) Magelang, sebagai bagian dari program pelatihan calon perwira TNI yang akan melanjutkan pendidikan di Prancis.

Secara ekonomi, Prancis melalui perusahaan tambangnya, Eramet, juga ikut serta dalam pembicaraan dengan pemerintah Indonesia. Mereka membahas izin pertambangan di Weda Bay, wilayah penghasil nikel strategis.

Diskusi juga tengah berlangsung antara Eramet dan Dana Kekayaan Negara Indonesia, Danantara, guna memperluas investasi dalam rantai pasokan baterai, termasuk upaya masuk kembali ke sektor pengolahan nikel setelah pembatalan kerja sama dengan BASF tahun lalu.

Pertemuan ini mempertegas kemitraan jangka panjang yang telah dimulai pada 2022 ketika Indonesia dan Prancis memperluas kerja sama strategis tidak hanya di bidang pertahanan, tetapi juga energi terbarukan, pendidikan, perdagangan, dan lingkungan.

Prancis turut mendukung agenda transisi energi Indonesia lewat proyek-proyek seperti pembangkit listrik tenaga surya dan program FOLU Net Sink 2030.

Selain itu, volume perdagangan bilateral Indonesia-Prancis pada 2022 tercatat melebihi US$2,5 miliar, dengan ekspor utama Indonesia meliputi produk agrikultur dan elektronik, serta ekspor Prancis mencakup pesawat, alat berat, dan teknologi medis. (EF)