BlackRock: Komputasi quantum bisa ancam keamanan Bitcoin

JAKARTA - BlackRock, manajer aset terbesar dunia, menyatakan teknologi komputasi kuantum dapat menjadi ancaman serius bagi keamanan Bitcoin di masa depan.
BlackRock dalam langkah yang jarang terjadi, seperti dikutip cointelegraph.com, Rabu (28/5), diam-diam menambahkan satu baris baru dalam dokumen iShares Bitcoin Trust (IBIT) mereka yang diajukan kepada Securities and Exchange Commission. Hal ini menarik perhatian banyak pihak.
Pembaruan yang diajukan diajukan BlackRock pada awal Mei 2025, menyoroti komputasi kuantum sebagai potensi risiko terhadap keamanan jangka panjang Bitcoin.
Dokumen tersebut secara khusus memperingatkan bahwa jika teknologi kuantum berkembang cukup jauh, teknologi itu bisa membobol sistem kriptografi yang saat ini digunakan untuk mengamankan Bitcoin.
Hal itu, menurut BlackRock, bisa menghancurkan kelangsungan algoritma kriptografi yang digunakan tidak hanya dalam aset digital, tetapi juga di seluruh infrastruktur teknologi global.
Ini adalah pertama kalinya manajer aset terbesar di dunia secara langsung menyebut ancaman ini dalam dokumen terkait Bitcoin, dan hal ini menunjukkan betapa seriusnya para pemain institusi mulai mempertimbangkan masa depan kripto.
Memang, pengungkapan risiko dalam dokumen ETF biasanya sangat rinci. Namun, fakta bahwa komputasi kuantum dimasukkan (di samping risiko umum seperti volatilitas dan perubahan regulasi) menunjukkan bahwa isu ini tidak lagi dianggap sebagai ancaman hipotetis oleh pelaku keuangan besar.
“Jika industri ingin tetap relevan, maka tidak ada waktu lagi untuk menunda persiapan menghadapi dunia pasca-kuantum,” ungkap BlackRock dalam dokumennya.
Bitcoin menggunakan dua sistem kriptografi utama, SHA-256 dan ECDSA, yang hingga kini telah terbukti tangguh.
Namun, komputer kuantum mampu memproses jutaan kemungkinan secara paralel, dan di masa depan bisa jadi cukup kuat untuk membongkar enkripsi tersebut.
Kekhawatiran terbesar adalah kemungkinan komputer kuantum mengidentifikasi kunci pribadi hanya dari alamat publik pengguna Bitcoin, terutama saat transaksi sedang dikonfirmasi.
Jika itu terjadi, aset digital dapat dibajak secara real-time.
Peneliti memperkirakan teknologi ini masih 10–20 tahun lagi dari tahap membahayakan.
Namun, sekitar 25% Bitcoin saat ini disimpan di dompet lama yang lebih rentan, membuatnya target empuk jika "Q-Day" (hari di mana komputer kuantum mampu memecah kriptografi Bitcoin) tiba lebih cepat dari perkiraan.
Beberapa proyek blockchain sudah mengambil langkah preventif. Algorand, misalnya, telah mengintegrasikan Falcon, algoritma tanda tangan digital tahan-kuantum yang disetujui oleh National Institute of Standards and Technology (NIST) AS pada 2024.
Proyek lain seperti Quantum Resistant Ledger (QRL) bahkan dirancang sejak awal untuk bertahan terhadap ancaman kuantum dengan menggunakan eXtended Merkle Signature Scheme (XMSS), skema tanda tangan berbasis hash.
NIST sendiri telah merilis standar kriptografi tahan-kuantum pada tahun lalu, sebagai bagian dari upaya AS mengantisipasi ancaman terhadap keamanan nasional dan infrastruktur digital global, termasuk Bitcoin.
Mengubah protokol Bitcoin bukan perkara mudah. Proposal seperti QRAMP (Quantum-Resistant Address Migration Protocol) mengusulkan migrasi massal dari alamat lama ke algoritma baru yang tahan-kuantum. Tapi ini akan memerlukan hard fork dan konsensus luas, sesuatu yang sangat kompleks di ekosistem Bitcoin.
Selain itu, algoritma baru seperti Falcon memang lebih aman, namun lebih berat secara komputasi. Ini menciptakan dilema, bertindak terlalu cepat bisa menyebabkan kegagalan, namun menunggu terlalu lama justru membuka celah serangan.
Regulasi akan menjadi elemen penting dalam transisi ini. Tanpa dorongan kebijakan, adopsi standar baru bisa berjalan lambat.
Namun, jika dilakukan dengan bijak, regulasi justru bisa mempercepat inovasi dan keamanan, melalui pendanaan riset terbuka dan insentif migrasi ke kriptografi tahan-kuantum.
Ketika BlackRock menuliskan risiko kuantum dalam dokumen resminya, ini bukan sekadar isyarat. Ini adalah tanda bahwa industri keuangan mulai memandang ancaman tersebut secara serius.
Masa depan Bitcoin, dan aset digital lain, bergantung pada seberapa cepat ekosistem ini bersiap menghadapi dunia di mana keamanan digital lama bisa dipecahkan dalam hitungan detik. (EF)