OPEC+ batasi kenaikan pasokan, Brent kembali sentuh US$64/barel

JAKARTA - Harga minyak mentah dunia kembali menguat pada awal pekan ini seiring meningkatnya ketegangan geopolitik global dan keputusan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries Plus/OPEC+) yang menaikkan produksi, namun tak sebesar yang dikhawatirkan pasar.
Kontrak berjangka Brent untuk pengiriman Agustus naik hingga 2,1% menjadi US$64,09 per barel, setelah sebelumnya melemah 2,2% dalam sepekan. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berada di kisaran US$62 per barel.
Kenaikan harga ini terjadi di tengah serangkaian kejadian global yang meningkatkan kekhawatiran pasar, mulai dari serangan Ukraina ke pangkalan udara di Rusia, hingga ketegangan nuklir setelah Iran menolak laporan terkait peningkatan cadangan uranium yang diperkaya.
Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump juga mengumumkan rencana kenaikan tarif impor baja dan aluminium, memperpanjang ketidakpastian perang dagang global.
Dalam pertemuan pada Sabtu lalu, OPEC+ sepakat untuk menambah produksi sebanyak 411.000 barel per hari pada Juli 2025.
Keputusan ini sejajar dengan peningkatan pada Mei dan Juni, namun lebih kecil dari ekspektasi sebelumnya dimana kelompok ini akan menambah pasokan dalam volume yang jauh lebih besar.
Menurut pejabat OPEC+, keputusan penambahan pasokan ini mencerminkan keinginan Arab Saudi untuk memberi tekanan kepada negara-negara anggota yang selama ini melebihi kuota produksi, seperti Kazakhstan dan Irak.
Beberapa negara seperti Rusia, Oman, dan Aljazair, sempat mengusulkan penundaan kenaikan kuota karena khawatir terhadap ketidakstabilan harga.
“Brent kemungkinan akan tetap stabil di kisaran US$60–US$65 selama musim panas, setidaknya sampai ada kejelasan mengenai seberapa cepat produksi OPEC benar-benar meningkat,” ujar Robert Rennie, Kepala Riset Komoditas dan Karbon di Westpac Banking Corp, Sydney, dikutip CNBC TV18, Senin (2/6).
Ia juga menambahkan tren kenaikan produksi bisa jadi akan melambat beberapa bulan mendatang.
Sebelumnya, pasar minyak sempat tertekan akibat konflik dagang dan perubahan strategi OPEC+ yang tak lagi fokus menahan harga tinggi dengan memangkas pasokan.
Harga minyak dunia masih tercatat hampir 15% lebih rendah dibandingkan awal tahun, menandakan pasar yang belum pulih sepenuhnya.
Dengan pertemuan OPEC+ selanjutnya dijadwalkan pada 6 Juli, pelaku pasar kini menanti keputusan mengenai level produksi untuk Agustus dan dampaknya terhadap kestabilan pasar global. (EF)