Trump akan bertemu Xi Jinping, Wall Street menguat

NEW YORK - Saham-saham di Wall Street menguat pada penutupan perdagangan Selasa (3/6) seiring meningkatnya harapan pasar terhadap pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping yang diprediksi membahas penyelesaian perang dagang.
Di saat bersamaan, investor juga mencermati data ekonomi yang menunjukkan pelemahan menjelang laporan ketenagakerjaan yang akan dirilis Jumat mendatang.
Indeks Nasdaq mencatat kenaikan tertinggi sebesar 0,81%, diikuti S&P 500 yang naik 0,58%, dan Dow Jones yang menguat 0,51%.
Penguatan dipimpin oleh saham-saham teknologi, terutama di sektor semikonduktor, yang sensitif terhadap isu perdagangan global.
Menurut Chuck Carlson, CEO Horizon Investment Services, seperti dilansir Channel News Asia, Rabu (4/6), ada rasa aman yang dialami pasar berkat probabilitas resesi ekonomi yang mengecil.
"Bisa jadi ini adalah langkah antisipatif dari investor sebelum rilis data pekerjaan," lanjutnya.
Meskipun negosiasi perdagangan antara AS dan mitra dagangnya masih berlarut-larut, investor berharap hasil positif dari pertemuan tingkat tinggi di akhir pekan ini.
Namun, kekhawatiran masih membayangi. Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memperingatkan ekonomi global berada di jalur perlambatan lebih tajam dari perkiraan sebelumnya, akibat proteksionisme yang memicu inflasi dan mengganggu rantai pasok.
Peringatan serupa disampaikan oleh Organisasi Ketenagakerjaan Internasional (ILO) yang menurunkan proyeksi lapangan kerja global, juga karena ketegangan perdagangan.
Laporan terbaru dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan jumlah lowongan kerja justru naik pada April, namun pesanan baru untuk barang manufaktur mengalami penurunan lebih tajam dari ekspektasi analis.
Sementara itu, dolar AS bangkit dari posisi terendah enam minggu. Indeks dolar naik 0,71% menjadi 99,28, didorong oleh pelemahan euro dan penguatan terhadap yen Jepang.
Di sisi lain, harga emas melemah dari level tertinggi empat minggu karena aksi ambil untung dan penguatan dolar.
Di pasar obligasi, imbal hasil Treasury AS 10 tahun turun tipis menjadi 4,452%. Imbal hasil obligasi jangka pendek 2 tahun naik sedikit menjadi 3,953%, mencerminkan ekspektasi investor terhadap arah kebijakan suku bunga Federal Reserve.
Pasar minyak juga mengalami kenaikan. Harga minyak mentah AS naik 1,42% ke US$63,41 per barel, sementara Brent menguat 1,55% menjadi US$65,63 per barel. Kenaikan harga didorong oleh meningkatnya ketegangan geopolitik, termasuk intensifikasi konflik di Ukraina dan ketegangan antara AS dan Iran terkait kesepakatan nuklir.
Sementara itu, bursa saham Eropa dan Asia menunjukkan pergerakan bervariasi. STOXX 600 naik tipis 0,09% dan indeks saham Asia-Pasifik (di luar Jepang) menguat 0,37%. Namun, Nikkei Jepang justru turun 0,06%. (EF)