Produksi meningkat, bagaimana prospek saham NCKL?

JAKARTA – Tambahan kapasitas produksi dari smelter feronikel di Pulau Obi Maluku Utara, diyakini menjadi pendorong kinerja bisnis PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau dikenal dengan nama Harita Nickel.
Smelter yang dikelola oleh PT Karunia Permai Sentosa (KPS) itu, telah memulai produksi tahap pertama pada Januari 2025, serta mencapai kapasitas penuh pada akhir Maret.
Analis UOB Kay Hian, Benyamin Mikael, mengatakan tambahan kapasitas itu berpotensi mendorong pertumbuhan laba NCKL hingga 9,8% sepanjang tahun ini, menjadi sebesar Rp7 triliun.
Mikael menambahkan bahwa pihak NCKL juga telah memproyeksi smelter baru itu lebih menguntungkan, karena lebih efisien dibandingkan fasilitas produksi sebelumnya.
Selain itu, Mikael mengakui bahwa harga nikel di LME (London Metal Exchange) saat ini lebih rendah. Namun kinerja NCKL dinilai tetap solid, karena pertumbuhan volume produksi yang cukup kuat untuk menopang pertumbuhan laba.
Mikael juga menekankan bahwa NCKL tengah menghadapi risiko ESG (Environmental, Social, and Governance), dengan sejumlah laporan yang mengindikasikan adanya pencemaran lingkungan di Pulau Obi.
Namun ia menilai laporan itu belum dapat diverifikasi. Di sisi lain, Manajemen NCKL tengah menjalani penilaian dari Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA) untuk meningkatkan praktik transparansi ESG.
“Kami mempertahankan rekomendasi BUY dengan target harga yang lebih rendah untuk saham yaitu Rp870, berdasarkan proyeksi rasio EV/EBITDA 2025 yang berada di level 6.3x,” tulis Mikael, dalam catatan risetnya.
Sebelumnya, riset UOB Kay Hian menetapkan target harga yang lebih tinggi untuk saham NCKL, yaitu Rp1.480 per lembar. (KR)