Data lapangan kerja AS anjlok, Trump salahkan Jerome Powell

WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mengritik Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, menyusul laporan lapangan kerja dari Automatic Data Processing Inc. (ADP).
Laporan tersebut menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja sektor swasta di Amerika Serikat hanya bertambah 37.000 pada Mei 2025, terendah sejak Maret 2023.
Tidak lama kemudian, Trump langsung merespon lewat platform media sosial Truth Social. “ANGKA ADP KELUAR!!! ‘Si Terlambat’ Powell sekarang harus TURUNKAN SUKU BUNGA. Sulit dipercaya!!!”
Trump juga membandingkan kebijakan The Fed yang dinilai lamban dengan langkah Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB).
"Eropa sudah menurunkan SEMBILAN KALI!" tulis Trump dalam unggahannya, menandakan tekanan keras kepada The Fed untuk segera merespons melambatnya pertumbuhan ekonomi.
Pertemuan antara Trump dan Powell yang berlangsung pekan lalu di Gedung Putih juga dilaporkan berlangsung panas.
Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, seperti dikutip CNBC, menyebut bahwa Presiden mengatakan Powell melakukan kesalahan besar karena tidak menurunkan suku bunga, yang membuat Amerika kalah bersaing dari China dan negara lain.
Namun, Powell tetap menegaskan kebijakan moneter harus didasarkan pada data ekonomi objektif, bukan tekanan politik.
ADP, lembaga pengelola data penggajian swasta, melaporkan hanya terjadi penambahan 37.000 lapangan kerja di bulan Mei, jauh di bawah ekspektasi analis Dow Jones yang memproyeksikan 110.000.
Meski data ADP sering tidak sejalan dengan laporan resmi dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS), hasil ini tetap mengindikasikan melemahnya daya serap tenaga kerja.
Laporan BLS sendiri dijadwalkan rilis dua hari setelah laporan ADP dan diperkirakan menunjukkan pertambahan 125.000 pekerjaan.
Meski data ini lebih dipantau oleh pelaku pasar, data ADP dianggap sebagai sinyal awal kondisi pasar tenaga kerja.
Sementara itu, Eropa tengah bersiap untuk kembali menurunkan suku bunga karena inflasi yang mereda dan pertumbuhan ekonomi yang melemah, pada Kamis (5/6) ini Jika langkah ECB berlanjut, ini akan menjadi pemangkasan kedelapan.
Trump sendiri, sejak menjabat kembali sebagai Presiden AS pada 2025, terus menggempur Powell dengan kritik, bahkan sempat menyebutnya sebagai “pecundang besar” dan memberi julukan sinis “terlambat Powell.”
Meski sempat mengancam akan memecat Powell sebelum masa jabatannya berakhir pada Mei 2026, Trump mengatakan pada April lalu bahwa ia “tidak berniat” melakukannya. Namun, tekanan verbal terhadap sang ketua bank sentral terus berlangsung hingga kini. (EF)