WASHINGTON - The Federal Reserve (The Fed/bank sentral AS) tengah menghadapi dilema besar akibat kebijakan tarif Presiden Donald Trump yang dinilai kacau dan tidak terkoordinasi.

Dua artikel dari Wall Street Journal oleh Nick Timiraos menggambarkan bagaimana tarif ini menciptakan ketidakpastian ekonomi yang memperumit langkah The Fed dalam menetapkan suku bunga.

Kondisi ini menciptakan apa yang disebut sebagai "lose-lose scenario" atau skenario kalah-kalah, di mana The Fed harus memilih antara memotong suku bunga terlalu cepat yang berisiko memicu inflasi, atau menunggu terlalu lama hingga ekonomi benar-benar melambat atau bahkan jatuh ke dalam resesi.

Di tengah gejolak ini, risiko stagflasi, gabungan inflasi tinggi dan pertumbuhan ekonomi rendah, kian nyata akibat meningkatnya biaya produksi dan gangguan rantai pasok karena tarif impor.

Dalam pertemuan kebijakan dua hari pekan ini, The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap, sambil terus mencermati dampak tarif terhadap inflasi dan pasar tenaga kerja.

Ketua The Fed Jerome Powell telah menegaskan mereka akan berhati-hati, dan keputusan untuk memangkas suku bunga hanya akan dilakukan jika ada bukti nyata perlambatan ekonomi, terutama dari data ketenagakerjaan.

Sebagian pejabat bank sentral memilih bersabar karena khawatir terhadap inflasi yang masih membayangi dan ketidakpastian reaksi konsumen serta pelaku usaha terhadap tarif.

Namun, ada pula yang khawatir perlambatan ekonomi bisa menjadi lebih tajam jika The Fed terlalu lamban mengambil tindakan.

Ketegangan internal pun mulai terlihat dalam tubuh The Fed terkait apakah kenaikan harga bersifat sementara atau akan menetap, dan mana yang lebih penting untuk diprioritaskan: menghindari resesi atau menjaga kredibilitas sebagai penjaga inflasi.

Richard Clarida, Mantan Wakil Ketua The Fed, mengatakan kali ini The Fed tidak akan bertindak berdasarkan prediksi, tapi membutuhkan bukti konkret perlambatan ekonomi, terutama dari sektor tenaga kerja, sebelum menurunkan suku bunga.

Dengan kata lain, The Fed berupaya menghindari kesalahan masa lalu, seperti saat mereka meremehkan inflasi pascapandemi. Jika ekspektasi publik terhadap stabilisasi harga tetap terjaga, The Fed bisa punya ruang lebih untuk bergerak. Namun jika tidak, maka mereka mungkin harus menahan suku bunga lebih lama, meski pertumbuhan ekonomi mulai goyah. (EF)