Trump dipermalukan oleh Elon Musk dan Kanselir Jerman

WASHINGTON — Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menjadi sorotan dunia setelah mengalami penghinaan terbuka dari dua tokoh berpengaruh secara bersamaan, satu di ruang Oval Gedung Putih dan satu lagi lewat jagat maya.
Penghinaan yang terjadi, seperti dilansir The Daily Beast, pada Kamis (5/6), ini bahkan disebut oleh pembawa acara MSNBC, Lawrence O'Donnell, sebagai “peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah kepresidenan AS.”
Kejadian pertama datang dari Kanselir Jerman Friedrich Merz, yang dalam pertemuan resmi di Gedung Putih, terpaksa mengoreksi langsung pernyataan Trump terkait peringatan D-Day.
Trump menyebut D-Day adalah “hari yang tidak menyenangkan bagi Jerman.”
Merz dengan tenang membalas, “Dalam jangka panjang, Tuan Presiden, ini adalah pembebasan negara saya dari rezim Nazi.”
Pernyataan Merz tersebut disampaikan di hadapan media internasional dan menuai banyak pujian sebagai sikap diplomatis namun tegas.
Namun, drama politik itu belum selesai. Di saat bersamaan, miliarder teknologi Elon Musk melakukan serangan frontal terhadap Trump melalui media sosial X (dulu Twitter).
Dalam serangkaian cuitannya, Musk menyebut bahwa Trump layak untuk dimakzulkan, mengkritik kebijakan tarif yang berpotensi mendorong resesi di akhir tahun, dan mengklaim kemenangan Trump dalam pemilu 2024 tidak akan terjadi tanpa sumbangan multimiliar dolar dari dirinya.
Lebih mengejutkan lagi, Musk menyebut alasan sebenarnya mengapa dokumen-dokumen terkait kasus kejahatan seksual Jeffrey Epstein belum dirilis adalah karena diduga terdapat nama Trump di dalamnya.
Tuduhan ini memicu spekulasi dan kehebohan baru di kalangan publik dan media.
Lawrence O’Donnell dalam program "The Last Word" di MSNBC menyimpulkan, “Donald Trump menjadi presiden pertama dalam sejarah yang dipermalukan oleh dua orang sekaligus, satu di ruangan yang sama, dan satu lagi dari jarak ribuan mil.”
Ia juga menambahkan, “Trump kini berada dalam pusat kekacauan yang ia ciptakan sendiri.”
Ketegangan antara Trump dan Musk pun makin membara. Trump menyerukan agar semua kontrak pemerintah dengan perusahaan-perusahaan Musk seperti SpaceX dan Tesla dihentikan.
Sebaliknya, Elon Musk justru menyerukan pemakzulan Trump. Bahkan sekutu Trump, Steve Bannon, ikut campur dengan menyerukan agar Musk dideportasi dari Amerika Serikat.
Penghinaan dari Merz sendiri mengikuti jejak sejumlah pemimpin Eropa lainnya. Sebelumnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer juga pernah meluruskan atau menentang pernyataan Trump secara langsung.
O’Donnell menutup komentarnya dengan menyebut Trump sebagai “presiden terbodoh yang pernah ditemui oleh pemimpin Eropa mana pun.” (EF)