JAKARTA – Penggunaan Grok, chatbot AI milik xAI buatan Elon Musk, kini dilarang oleh seperempat perusahaan Eropa, berdasarkan sebuah riset dari Netskope, perusahaan keamanan siber.

Presentase tersebut sangat tinggi jika dibandingkan penggunaan ChatGPT—yang hanya dilarang di 9,8% dari total organisasi di Eropa—atau Gemini milik Google, yang diblokir di 9,2% perusahaan Eropa.

Padahal dua tahun lalu, ketika ChatGPT baru berusia setahun, Sam Altman, CEO OpenAI, sempat mengancam akan mencabut layanan ChatGPT dari Eropa akibat regulasi yang dirasa terlalu ketat.

Seiring berjalannya waktu, penggunaan AI telah meluas, dengan data Netskope yang menunjukkan bahwa 91% dari organisasi telah mengintegrasikan chatbot berbasis cloud dalam operasionalnya.

Namun, tidak semua jenis teknologi tersebut diterima dengan baik. Misalnya, keamanan dan kendali privasi Grok dianggap bermasalah, seperti yang dilansir dari The Next Web,

“Bisnis kini semakin memahami bahwa tidak semua aplikasi memiliki cara yang sama dalam menangani privasi data, kepemilikan data yang dibagikan ke aplikasi, atau sejauh mana mereka mengungkapkan detail mengenai cara melatih model dengan data yang diterima dari prompt,” jelas Neil Thacker, petugas privasi dan perlindungan data global di Netskope.

Dilansir dari Financial Times, undang-undang AI Uni Eropa tersebut awalnya dibuat untuk meregulasi penggunaan AI dalam sektor berisiko tinggi, seperti dalam penggunaan alat kesehatan, penyaluran kredit, hingga rekrutmen tenaga kerja.

Namun, setelah ChatGPT diluncurkan, parlemen Eropa memperluas regulasi ke sektor-sektor yang lebih umum. (ZH)