JAKARTA – Meskipun Amerika Serikat (AS) dan China sudah menyepakati untuk memangkas tarif impor masing-masing menjadi 30% dan 10% selama 90 hari ke depan, para pengamat ekonomi AS dan pelaku Wall Street mengimbau publik untuk tetap waspada terhadap dampak tarif impor AS.

Menurut Roger Altman, Founder Evercore, terlepas dari penundaan kebijakan tarif resiprokal ini, tarif impor AS terhadap China pada masa kepresidenan Trump tetap lebih tinggi, mencapai sekitar 14%, jika dibandingkan dengan 3-4% yang berlaku pada masa kepemimpinan Joe Biden.

“[Penundaan tarif] ini situasi yang mendukung, sangat mendukung. Namun, ini masih keputusan dini,” ujar Altman, seperti dikutip dari Business Insider.

Altman menekankan bahwa AS dan China masih harus berunding mengenai kebijakan ekonomi dan tarif yang lebih permanen dalam 90 hari ke depan, sehingga masih menyebabkan ketidakpastian di pasar.

“[Tarif] ini masih akan menghambat, seperti yang kita semua pahami. Seperti pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell, tarif akan menaikkan harga, mengurangi konsumsi, dan meningkatkan inflasi,” sebut Altman.

Senada dengan Altman, salah satu Dewan Gubernur Federal Reserves, Adriana Kugler, memproyeksikan bahwa tarif impor AS—yang secara umum lebih tinggi ini—akan membuat inflasi sulit turun, namun produktivitas ekonomi menurun.

Menurut proyeksi Kugler, situasi ini dapat membuat pertumbuhan ekonomi AS lebih lambat dari 2,5% yang tercatat tahun lalu. (ZH)