AS ancam blokir perusahaan raksasa chip China

WASHINGTON - Pemerintah Amerika Serikat tengah memasukkan sejumlah raksasa chip asal Negeri Tirai Bambu ke dalam daftar hitam ekspor (Entity List).
Langkah ini akan menghalangi perusahaan-perusahaan tersebut untuk mengakses teknologi dan produk asal AS, kecuali dengan lisensi khusus yang jarang diberikan.
Langkah ini dipimpin oleh Bureau of Industry and Security (BIS) di bawah Departemen Perdagangan AS, dan menyasar perusahaan-perusahaan besar seperti ChangXin Memory Technologies (CXMT), serta anak usaha dari Semiconductor Manufacturing International Corporation (SMIC) dan Yangtze Memory Technologies Co. (YMTC).
Keputusan ini menjadi titik panas baru dalam ketegangan teknologi antara dua ekonomi terbesar dunia.
Meski Gedung Putih dan Departemen Perdagangan menolak berkomentar, sumber internal menyebutkan langkah ini menyoroti perdebatan internal antara pihak yang mengutamakan diplomasi ekonomi dan mereka yang lebih fokus pada keamanan nasional.
CXMT menjadi sorotan khusus karena ekspansinya yang cepat di pasar chip DRAM global serta pengembangannya dalam high-bandwidth memory (HBM), teknologi penting untuk kecerdasan buatan (AI).
Pejabat intelijen dan pertahanan AS khawatir teknologi semikonduktor canggih ini telah membantu Tiongkok dalam pengembangan rudal hipersonik dan pemodelan senjata nuklir.
Langkah ini muncul bersamaan dengan kesepakatan perdagangan baru antara AS dan Tiongkok yang menurunkan tarif selama 90 hari sebagai bagian dari negosiasi di Jenewa.
Namun, usulan pembatasan ini justru berpotensi menggagalkan kemajuan diplomatik yang tengah dibangun.
Juru Bicara Kedutaan Besar Tiongkok di Washington, dilansir Financial Times, Jumat (16/5), menyatakan China menentang keras penyalahgunaan konsep keamanan nasional oleh AS, serta kontrol ekspor yang digunakan untuk menekan dan menghambat perkembangan Tiongkok secara tidak adil.
Sebelumnya, pada Januari 2025, pemerintahan Biden telah menambahkan lebih dari 20 entitas Tiongkok ke daftar hitam, termasuk Zhipu AI dan Sophgo, karena diduga membantu Huawei dalam pengembangan chip.
Pemerintah AS juga memperketat aturan ekspor chip demi mencegah teknologi mereka disalahgunakan oleh pihak yang dianggap merugikan kepentingan nasional. (EF)