JAKARTA – China melaporkan data produksi industri yang tetap mampu tumbuh 6,1% year-on-year pada April 2025. Namun, laju ini melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan produksi industri yang mencapai 7,7% pada Maret lalu.

Dikutip dari National Bureau of Statistics (NBS) of China, nilai produksi sektor manufaktur melonjak 6,6% pada April 2025, diikuti sektor pertambangan yang naik 5,7%. Namun, pertumbuhan tertinggi tercatat di sektor manufaktur teknologi tinggi yang melesat 10%, serta manufaktur mesin yang melesat 9,8%.

Tidak hanya laju produksi industri, penjualan ritel China juga naik 5,1% di April 2025, namun melambat jika dibandingkan dengan 5,9% di Maret 2025 lalu.

Masih berdasarkan siaran resmi NBS, pertumbuhan penjualan retail ini didorong oleh pertumbuhan tukar-tambah barang konsumsi, terutama barang dan peralatan rumah tangga, alat kantor, furnitur, serta alat telekomunikasi.

April lalu, nilai ekspor China juga menguat 9,3%, sementara impor China hanya naik 0,8%. Namun, dalam periode Januari-April 2025, nilai ekspor hanya naik 7,5%, dan impor China anjlok 4,2%.

Dalam siaran resminya, NBS menganggap bahwa angk-angka indikator yang relatif stabil hingga bulan April ini menunjukkan sinergi kebijakan makroekonomi China. “Terlepas dari dampak dari guncangan eksternal di bulan April lalu, ekonomi nasional mempertahankan momentum baru yang positif,” sebut NBS.

Seperti yang dikutip dari South China Morning Post, Zhang Zhiwei, Ketua Pinpoint Asset Management, memproyeksikan ekspor China akan terus menguat di kuartal dua pascapemangkasan tarif impor oleh AS, sementara belanja fiskal masih terus menguat.

“Momentum ekonomi China di kuartal kedua kemungkinan besar akan stabil, dalam pandangan saya,” tambah Zhang. (ZH)